Etika Ketika Bercanda Menurut Islam

Etika Ketika Bercanda Menurut Islam

MUSLIMIDIA.COM - Etika Bercanda Dalam Islam.

"Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tak mengatakan kecuali yang benar.'' (HR ath-Thabrani).

Hidup tanpa bercanda pasti terasa hampa. Bercanda atau bersenda gurau merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia.

 Ajaran Islam pun memperbolehkan umatnya untuk bercanda. Sebab, Nabi Muhammad SAW pun suka bercanda dengan para sahabat. Lalu seperti apakah cara becanda Rasulullah SAW?

Sebagai agama yang sempurna, Islam ternyata telah mengajarkan kepada umatnya adab bercanda (Adab al-Mizaah).

 Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya bertajuk Mausuu'atul Aadaab al-Islamiyah,mengungkapkan ada delapan adab yang harus diperhatikan seorang Muslim ketika bercanda bersama teman atau keluarganya.

Seorang lelaki pernah datang kepada Imam Abu Hanifah rahimahullah, kemudian bertanya,

"Bila saya sudah melepas baju dan hendak menyebur ke sungai untuk mandi, apakah saya harus menghadap kiblat?"

Mendengar pertanyaan itu, Imam Abu Hanifah langsung menjawab,

"Yang lebih afdhal hendaknya wajahmu menghadap ke arah bajumu supaya tidak di curi orang."

Canda sang Imam langsung mengundang senyum orang-orang yang ada di sekitarnya. Canda merupakan bumbu dalam kehidupan, secukupnya saja di taburkan sebagai penghias kehidupan.

Dalam pandangan islam, bercanda ialah sesuatu yang juga dianjurkan untuk menghilangkan rasa bosan dan untuk mencairkan suasana.

Namun dalam bercanda dengan sesama hendaklah mengetahui batasan batasan yang harus dipatuhi agar tidak mendatangkan mudarat atau bahkan mendatangkan dosa untuk diri kita sendiri dan orang lain.

Adapun dalam islam beberapa etika dalam bercanda antara lain:

1. Tidak Berbohong

Abu Hurairah RA menceritakan saat para sahabat berkumpul dalam majelis Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam,

”Wahai Rasulullah, apakah engkau jua bersenda gurau bersama kami?” maka Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam menjawab,”Tentu, hanya saja aku akan berkata benar” (HR. Ahmad)


Rasulullah bersabda:

“Neraka Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu (membuat orang tertawa); neraka Wail baginya, neraka Wail baginya.“

(HR. Abu Dawud dalam kitab Al-‘Adab – 88, bab Ancaman Keras terhadap Dusta; hadits no. 3990 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III: 942 no.4175). Na´udzubillahi mindzalik. 


2. Tidak Tertawa Berlebihan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

Seperti hadits dari ‘Aisyah ra, “Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim). 


3. Tidak Saling Menakut Nakuti Yang Dapat Mendatangkan Mudarat

Dalam bercanda juga hendaklah kita tidak saling menakut nakuti akan sesuatu hal yang dapat membuat suasana menjadi tidak menyenangkan.

Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud) 


4. Tidak Bercanda Tentang 3 Hal Yakni: Talak, Nikah, Rujuk

Masalah nikah, talak dan rujuk adlaah suatu hal yang sangat serius dalam islam, oleh karenanya 3 hal ini sangat tidak boleh untuk dijadikan sebagai bahan candaan dengan sesama.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :

“ Tiga hal yang apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh maka berguraunya pun dinilai sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh, yaitu ; nikah, talak, dan rujuk “ (HR Abu Dawud). 


5. Tidak Mengandung Celaan Bagi Sesama

Dalam bercanda hendaklah kita hanya mengutarakan atau melakukan hal-hal yang sewajarnya saja, terlebih lagi dalam berkata kata hendaklah untuk tidak mengeluarkan sesuatu perkataan yang mengandung olok-olok kepada orang lain karena hal itu dapat menimbulkan permusuhan antara sesama.

”Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”(QS. Al Hujarat : 11) 


6. Tidak Bercanda Dengan Kata Yang Mengandung Asma Allah, Ayat-Ayatnya, Sunnah Rasul dan Syariat Islam

Terakhir dalam bercanda hendaklah menghindari untuk menggunakan ayat ayat Allah SWT, Hadits Rasul dan Syariat Islam.

Sesungguhnya hal tersebut akan mendatangkan dosa bagi kita bahkan tidak menutup kemungkinan akan termasuk menjadi golongan orang-orang yang kafir.

"Dan jangan kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab,"sesungguh nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." katakanlah," apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (At- taubah 65-66)

Itulah adab dan etika kita sebagai seorang muslim dalam bersenda gurau atau bercanda.

Hendaklah kita selalu tau batasan berkata dan bertingkah dalam bercanda agar tidak mendatangkan mudarat bagi kita dan orang lain.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita semua.