10 Tanda Kebahagiaan Hidup Di Dunia

indikator kebahagiaan dunia

MUSLIMIDIA.COM - 10 Indikator Kebahagiaan Dunia.

Siapa yang tidak ingin bahagia? semua makhluk didunia ini mendambakan kebahagiaan. Tetapi yang seperti apakah kebahagiaan tersebut.

Berikut ini adalah indikator-indikatornya sehingga bagi yang bercita-cita, mampu mengenali apakahh di jalan yang benar atau keliru.

1. Qolbun Syakirun (hati yg selalu bersyukur)

Artinya selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.

Kata syukur terambil dari mashdar kata kerja syakaro – yasykuru- syukron. kata syakaro dapat diartikan ‘membuka’ sehingga ia merupakan lawan dari kata kafaro/kufur yang berarti ‘menutup’ atau ‘melupakan nikmat dan menutup-nutupinya’.

Jadi, membuka atau menampakkan nikmat Allah SWT antara lain di dalam bentuk memberi sebahagian dari nikmat itu kepada orang lain, sedangkan menutupinya adalah dengan bersifat kikir.

Dari pengertian tersebut maka syakaro – yasykuru- syukron dapat juga diartikan mengandung makna antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu.
(QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7) 

2. Al-Azwaju Shalihah (pasangan hidup yang sholeh)

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula.

Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan.

Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh.

Demikian pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
(QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26) 

3. Al-Auladul Abrar

Saat Rasulullah SAW thawaf, beliau bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet- lecet.

Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu, “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia.

Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” Lalu anak muda itu bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”

Nabi SAW memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh ALLAH ridho kepadamu, kamu anak yang sholeh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”

Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH.

Do’a anak yg sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/sholehah.

(QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74).

4. Al-baiatu Sholihah (lingkungan yg kondusif untuk iman kita)

Kita tentu boleh mengenal siapapun, tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat, haruslah orang- orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita.

Sebagaimana Rasulullah yang menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh yang akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
(QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2).

5. Al-Malul Halal (harta yang halal)

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdo’a sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?”

Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena do’anya akan sangat mudah dikabulkan ALLAH.

Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hati semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.

Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati.

Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup. Berbahagialah orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
(QS 2:267, 43:36-37, 2:269, 2:155). 

6. Tafakkuh Fid-Dien (semangat untuk memahami agama)

ALLAH menjanjikan nikmat bagi umat-NYA yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan rasul-NYA.

Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.

Dengan belajar ilmu agama, akan. semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasulnya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
(QS 45:20, 3:138, 5:16, 4:174, 2:269).

7. Umur Yang Barokah

Umur yang baroqah itu adalah umur, yang selalu diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak nostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).

Artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta.

Inilah semangat hidup orang2 yang barokah umurnya. (QS 2:96, 35:37, 36:68, 225). 

8. Mukhlis

Ikhlas artinya bersih, suci, murni. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang melakukan amal kebaikan karena Allah (Lillaahi ta`ala), tanpa embel-embel, tanpa mengharap imbalan, pujian, dan penghargaan dari selain-Nya.

Beramal dengan ikhlas tidak akan membuat seseorang mabuk kepayang oleh pujian pun juga tidak melemah karena hardikan dan cacian dari manusia.

Orang yang ikhlas dikategorikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai orang yang beruntung, orang yang sukses, orang yang berhasil. Sabda beliau, “Berbahagialah orang-orang yang ikhlas, mereka adalah pelita-pelita hidayah yang dari mereka setiap fitnah yang gelap menjadi terang.” (HR. Abu Nu`aim).

9. Terkendali Lidahnya

Ada bunyi pepatah, Lidahmu Harimaumu yang pas menggambarkan betapa besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh lisan.

Ucapan yang terlontar dari lisan tidak lagi bisa ditarik. Ucapan itu menjadi catatan dalam kehidupan seseorang.

Lidah memang bentuknya kecil namun akibat yang ditimbulkan begitu besar, lebih besar dari bentuk lidah itu sendiri.

Karenanya, Rasul memerintahkan kepada kita untuk berkata baik. Kalau kita tidak mampu, maka diam adalah pilihan terbaik.

Di zaman penuh fitnah seperti sekarang ini, sangat penting untuk mengendalikan ucapan. Tidak melapas dan melempar ucapan dengan begitu mudah.

Perhatikan dan lihat baik-baik apakah pada ucapan yang akan kita sampaikan, mengandung manfaat atau sebaliknya. Jika bermanfaat, sampaikanlah. Jika tidak, tahan dan ini jauh lebih selamat.

Siapa yang mampu mengendalikan lidahnya ia akan tergolong sebagai orang yang beruntug. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Berbahagialah orang yang dapat menahan lidahnya…” (HR. Baihaqi). 

10. Hati Yang Tenang

Tiada kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thuma’ninah (ketentraman).

Dan tiada ketenangan dan ketentraman tanpa iman. Allah Ta’la berfirman tentang orang-oranf beriman:

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (Qs Al-Fath: 4).

Keimanan melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat menghindarkan dan memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke dalam dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan dan kegersangan jiwa. (2) Keimanan dapat menjadi sumber utama kebahagiaan, yakni sakinah dan thuma’ninah.

Sehingga di tengah lautan masyakil (probematika) dan krisis hidup tidak ada jalan keluar dan keselamatan selain Iman.

Oleh karena itu orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan selalu dirundung rasa takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau.

Adapun bagi orang beriman tidak ada rasa takut sama sekali, selain takut kpda Allah Ta’ala.

Hati yang dipenuhi iman memandang remeh setiap kesuliatn yang menghimpit, kerana orang beriman selalu menyikapi segala persoalan dengan tawakkal kepada Allah.

Sedangkan hati yang kosong, tanpa iman tak ubahnya selembar daun rontok dari dahannya yang diombang-ambingkan oleh angin.